Maraton Eco-Enzyme Nusantara Kabupaten Pati, Bangun Desa Melalui Upaya Pemberdayaan KWT Manfaatkan Limbah Rumah Tangga
PATI, LENSAPATI.COM
Menjadi satu ciri seorang petani sukses salah satunya adalah rajin dan mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada tanpa merusak lingkungan tetapi memanfaatkan semaksimal mungkin hingga produk pertanian memuaskan dan meminimalkan biaya untuk usaha tani.
Sedangkan Sumber daya alam terdapat disekitar lingkungan petani salah satunya produk pertanian yang tidak layak jual/tidak laku sehingga produk tersebut bisa dikelola menghasilkan pupuk salah satunya Eco Enzyme.
Rabu, 16 November 2022, terlihat suasana berbeda di rumah salah satu anggota Kelompok wanita tani di Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso, beberapa ibu-ibu yang merupakan anggota dari kelompok wanita Tani Dewi Barokah sedang berkumpul,beberapa dari mereka terlihat asyik mengupas buah semangka, sedang beberapa yang lainnya juga asyik mengupas buah nanas dan mangga.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari pembuatan Eco Enzyme,Dalam praktek pembuatan eco enzyme kali ini dipandu langsung oleh Ibu Paulina dari Eco Enzyme Nusantara Kabupaten Pati dan Nurul yaqin seorang PPL di Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso,”Bahan untuk membuat Eco Enzyme terdiri dari gula merah tebu kemudian limbah buah-buahan atau sayuran dan air. Limbah buah-buahan dan sayuran yang disarankan adalah 60 banding 40, kemudian untuk buah-buahannya disarankan minimal terdiri dari lima jenis buah-buahan” demikian penjelasan dari Paulina.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa meskipun bahan baku yang digunakan adalah limbah dari sayuran dan buah-buahan namun diusahakan limbah yang digunakan adalah limbah yang masih segar dan belum busuk. Limbah tersebut juga disarankan untuk dicuci terlebih dahulu karena dalam pembuatan Eco Enzyme ini tidak hanya untuk pupuk tapi juga dapat digunakan untuk manfaat kesehatan sehingga kebersihan bahan baku menjadi salah satu faktor yang penting.
Gula merah, limbah buah-buahan dan sayuran, serta air dimasukkan dalam wadah tertutup, kemudian difermentasikan selama minimal 3 bulan. Setelah 3 atau 4 bulan Eco Enzyme bisa dipanen, hasil dari pembuatan Eco Enzyme yang pertama ini biasanya disebut dengan F1, nantinya bisa dibuat pengencerannya yang biasa disebut F2,pungkas Paulina
Nurul yaqin menambahkan ‘Secara umum petani perempuan tidak mengenal seperti apa Eco Enzyme tersebut. Petani perempuan mengeluh harga pupuk kimia yang semakin tinggi, juga sulit didapatkan dan pupuk subsidi tidak sesuai pembagian sehingga tidak mencukupi perawatan tanaman yang sedang di tanam. Oleh sebab itu Penyuluh pertanian lapangan memotivasi petani perempuan untuk bisa mengatasi persoalan tersebut dengan memanfaatkan sisa atau limbah organik untuk diolah menjadi pupuk organik dan memotivasi untuk menanam bibit lokal”
Dalam rangka perjuangan mengenalkan cairan kaya manfaat ini,Eco enzyme Nusantara kabupaten Pati Bersama kelompok kebun keluarga di desa Winong dan Pati kidul juga melaksanakan pembuatan Eco Enzyme dengan bahan-bahan yang mudah didapat dengan harga murah dan pembuatannya juga lebih mudah dengan perbandingan (rasio) 1:3:10. Perbandingan 1: 3: 10 yang harus selalu diingat untuk membuat Eco Enzyme.
“Apa itu rasio 1: 3: 10 ? 1 yaitu gula (1 kg), 3 yaitu bahan organik (3 kg), dan 10 yaitu air (10 liter). Semua bahan yang digunakan tergantung wadah yang disiapkan. Selasa 15 November 2022.
(pn/ipl)
Berita Viral Berjudul Maraton Eco-Enzyme Nusantara Kabupaten Pati, Bangun Desa Melalui Upaya Pemberdayaan KWT Manfaatkan Limbah Rumah Tangga Sebelumnya Sudah Tayang di LENSAPATI(*)com