Studium General IPMAFA, Tumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0

2 min read

Studium General IPMAFA, Tumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0

 

 

Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) mengadakan Stadium General dengan tema “Menumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0” yang dilaksanakan secara offline terbatas di Auditorium 1 dan 2 IPMAFA dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Dan disiarkan secara langsung melalui Zoom Meeting. 20/11/2021.

Stadium General merupakan kuliah umum yang diselenggarakan IPMAFA setiap tahunnya setelah masa penerimaan mahasiswa baru. Dengan mengundang narasumber yang sangat luar biasa dibidangnya yaitu Prof. Dr. (H.C) Dahlan Iskan, Mentri BUMN RI periode (2011-2014), pemillihan tema “Menumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0” bertujuan untuk mengubah pemikiran masyarakat bahwa sosok santri tidak hanya dipandang sebagai seseorang yang hanya bisa mengaji, tetapi santri juga mampu berkembang mengikuti perkembangan zaman.

“IPMAFA bukan perguruan tinggi yang didirikan pesantren, IPMAFA juga bukan perguruan tinggi yang berada di tengah-tengah pesantren, tetapi ini adalah perguruan tinggi yang berbasis pesantren. Artinya ruh, spirit, karakter, dan keilmuan dalam pesantren dikembangkan disini oleh karena itu kita memiliki tiga prinsip yaitu Nilai-nilai pesantren, riset, enterpreneur. Enterpreneur ini yang sangat penting karena presentase di negeri ini sangat kurang dan saya rasa kewirausahaan juga yang akan mendorong bangsa ini lebih maju lagi”, tutur Abdul Ghofarrozin M. Ed. Selaku Rektor IPMAFA dalam sambutannya.

“Kita sebagai insan yang tumbuh di Pesantren tidak bisa mengandalkan sepenuhnya inisiatif dari Negara maupun inisiatif civil society. Dalam hal ini enterpreneur dapat didorong dari manapun termasuk dari kampus ini. IPMAFA memahami enterpreneur tidak hanya untuk mencari duit, tetapi enterpreneur adalah sebuah spirit, perjuangan, dan enterpreneur bisa hadir di manapun di semua prodi. Hari ini Pak Dahlan Iskan bersama kita, beliau adalah seorang enterpreneur sejati, sebagai orang yang teguh tidak kenal menyerah, yang antinya teman teman bisa bertanya bila beliau berkenan”, tambahnya.

Dalam acara tersebut narasumber Prof. Dr. (H.C) Dahlan Iskan menyampaikan, “Banyak orang yang mengatakan, Indonesia nanti sulit karena terlalu banyak orang pintar yang pergi ke luar negeri. Saya berbeda pendapat tentang hal tersebut, saya berprinsip, biar saja orang pintar pergi ke luar negeri karna kita masih punya banyak penggantinya. Biarlah kita memiliki yang disebut network, kekayaan network itu tidak kalah penting dengan kekayaan aset. Karena dunia modern ditentukan oleh network”.

Dalam acara tersebut terdapat tiga sesi dimana narasumber Prof. Dr. (H.C) Dahlan Iskan memanggil peserta Stadium General untuk naik ke panggung dan menceritakan pengalaman enterpreneur mereka.

Sesi pertama acara tersebut, narasumber memanggil beberapa peserta untuk menceritakan latar belakang mereka mendirikan usaha dan bertanya apakah tiga tahun kedepan mereka akan tetap menjalankan usaha mereka. Sebagian besar menjawab bahwa mereka akan tetap menjalankan usaha mereka serta mengembangkannya.

”Enterpreneur bukan soal keturunan tetapi kita tidak punya waktu untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai siapa yang menulari mereka untuk berdagang, saya percaya bahwa bisnis itu tidak bisa diajarkan. Yang saya percaya adalah pasti ada yang menulari, ada yang mengajak ada yang dilihat. Jangan bergaul dengan orang yang mencela orang yang berusaha karena itu akan menimbulkan antipati bahwa pengusaha itu tidak baik. Teman-teman tadi menjadi bukti bahwa untuk menjadi enteurprenur tidak harus lulus kuliah”, ungkap Dahlan Iskan.

Sesi kedua, narasumber memanggil beberapa peserta untuk menceritakan asal modal untuk memulai usaha mereka. Dari jawaban peserta, mereka mengaku mendapatkan modal dari pesangon, hasil bekerja, dan lain-lain.

“Modal itu sumbernya tak terbatas, yang pertama harus dilakukan adalah dipercaya. Dan dipercaya itu ada tingkatannya. Kepercayaan pertama adalah percaya atau tidak bahwa seseorang memiliki kemauan, tingkat kedua anda bisa atau tidak, ketiga yaitu peduli tidak terhadap sekitar, kepercayaan tertinggi dalam hal keuangan, yang biasanya orang banyak jatuh disitu”, lanjut Dahlan Iskan.

Kemudian, pada sesi ketiga narasumber Dahlan Iskan memanngil beberapa peserta lain untuk menceritakan pengalaman mereka yang pernah ditipu selama menjalankan usaha. Ia mengatakan, “Belajar menjadi pengusaha tidak harus nunggu lulus, tidak harus menunggu modal, tidak harus lancar, kadang-kadang juga tidak lancar seperti pengalaman mereka pernah ditipu. Itulah yang akan membuat teman-teman jadi jaya.”

“Menjadi pengusaha itu tidak ada buku pelajarannya, tidak ada kursusnya, ada kursus bisnis tetapi tidak bisa setelah kursus langsung bisa bisnis, berbisnis itu seperti naik sepeda, kalau tidak pernah mencoba tidak pernah bisa, jika pernah jatuh tapi tidak mau belajar naik sepeda lagi maka ia tidak akan bisa naik sepeda. Begitupun dalam bisnis saat terjatuh dan tidak mau memulai kembali maka ia tidak akan bisa berbisnis. Banyak mahasiswa disini yang sudah berbisnis berapapun ukurannya itu tidak penting bahwa yang penting itu memulai, bahwa akhirnya seperti  apa nanti kita serahkan kepada usaha masing-masing dan Allah SWT”, ungkap Dahlan Iskan mengakhiri sambutannya.

(Dzikrina Abdillah)

Source Of Studium General IPMAFA, Tumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0 From all source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *