Ketika berinvestasi misalnya di saham maka investor harus menguasai berbagai istilah tertentu, seperti capital gain dan capital loss. Mungkin dua istilah itu masih asing khususnya untuk investor pemula. Menghitung gain loss investasi perlu dikuasai investor yang ingin berinvestasi jangka panjang dan meraih keuntungan maksimal.
Capital Gain dan Cara Menghitungnya
Istilah capital gain yaitu jenis profit yang didapatkan saat investor berinvestasi di saham. Kecuali di dunia saham, capital gain pun bisa didapatkan dari berinvestasi di reksadana, obligasi, atau properti dimana nilai saat ini melebihi dari harga awal. Capital gain yaitu aksi menjual saham ketika harganya lebih tinggi dibanding harga beli. Bisa dinyatakan bahwa capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari investasi diantaranya dari saham.
Dikutip dari investbro, bila investor ingin menghitung capital gain, caranya cukup simpel. Gampangnya capital gain adalah membeli barang berharga murah lalu dijual saat harganya meningkat. Formula dalam menentukan capital gain yaitu :
Capital Gain = Harga penjualan – (harga beli x jumlah barang yang diinvestasikan)
Misalnya : seorang investor membeli saham Telkom Indonesia dengan kode TLKM seharga Rp.16.000 / lbr di tahun 2015 sejumlah 30 lot. Kemudian di tahun 2017 harga saham TLKM itu di Bursa Efek Indonesia meningkat ke Rp.26.000 / lbr. Berapa capital gain yang diperoleh investor itu bila 1 lot adalah 100 lbr?
Jawab : Capital Gain = Harga penjualan – (harga beli x jumlah barang yang diinvestasikan)
Dana yang harus disediakan investor dalam membeli saham TLKM yaitu Rp.16.000 x (30 x 100) = Rp 48.000.000
Gain investasi yang didapatkan per lembar saham = harga jual – harga beli = Rp.26.000 – Rp.16.000 = Rp.10.000
Sehingga untuk 30 lot, capital gain yang dikantongi investor adalah Rp.10.000 x 3.000 lembar = Rp.30.000.000.
Dan bisa ditarik kesimpulan, modal awal sebanyak Rp 48.000.000, dalam dua tahun modalnya berkembang menjadi Rp 78.000.000.
Hanya saja laba tadi belum dipotong fee trading ditambah pajak. Jumlah biaya yang harus dibayarkan investor yaitu :
= Fee beli 0,18% + pajak beli 0,10% + fee jual 0,28% + pajak jual 0,10%
= (Rp 48.000.000/100 x 0,18) + (Rp 48.000.000/100 x 0,10) + (Rp 78.000.000/100 x 0,28) + (Rp 78.000.000/100 x 0,10)
= Rp.86.400 + Rp.48.000 + Rp.218.400 + Rp.78.000 = Rp.430.800
Laba saham sesudah dikurangi fee dan pajak yaitu Rp 30.000.000 – Rp 430.800 = Rp 29.569.200
Agar memperoleh capital gain maka investor harus menunggu saat harga saham yang dibelinya meningkat serta di atas fee trading plus pajak. Trader dengan konsep growth investor biasanya segera melego sahamnya bila ia telah mendapatkan profit setidaknya 3%. Sebaliknya untuk seorang value investor, meraih capital gain biasanya tak memperdulikan besarnya persentase profit. Akan tetapi yang diutamakan yaitu harga saham yang dipegangnya sudah mahal atau masih murah. Sehingga, kendati ia telah mendapatkan potensi laba sampai 100%, namun belum juga menjual sahamnya. Mereka akan menjual saham yang dimiliki bila berbagai kondisi berikut terjadi :
- Situasi makro ekonomi dalam negeri bermasalah.
- Situasi dunia yang menyebabkan dalam negeri Indonesia pun terimbas dampaknya.
- IHSG terpuruk dimana penurunan cukup signifikan setiap harinya
- Laba emiten jatuh dalam laporan keuangan dari setiap kuartal.
Waktu untuk merealisasikan capital gain pada saham boleh kapan saja dengan syarat harga saham yang dibeli meningkat melebihi harga beli awal. Seluruh transaksi bisa diselesaikan di bursa saham IDX pada jam buka. Investor mesti memperhatikan bahwa ada saham baru dibeli ketika jam buka di pagi hari lalu di sore hari harga saham itu naik sampai 10% atau malah lebih tinggi. Bilamana kejadiannya seperti itu maka investor sudah memperoleh capital gain langsung sehingga dapat menjual saham itu di sore hari.
Bisa ditarik kesimpulan bila capital gain bisa didapatkan jika :
- Harga saham itu meningkat dengan gain yang telah lebih dari fee trading yang ditetapkan broker dimana investor bertransaksi saham.
- Saham yang dikuasai investor ditawarkan di BEI dan harus melalui perantara perusahaan pialang.
- Transaksi penjualan terjadi di jam bursa.
Capital gain diperoleh bila investor memang menjual saham yang dimilikinya. Itu tak sama dengan dividen. Dividen didapatkan kendati pemilik saham tak menjualnya. Saham dijual ketika kondisi untung saja. Sementara bila dijual saat harga saham anjlok, itu artinya investor cuma akan mendapatkan capital loss. Investor harus paham betul kapan waktu yang pas untuk membeli dan saat menguntungkan untuk menjual saham.
Capital Loss dan Cara Menghitungnya
Termasuk bentuk kerugian yang sering dialami investor yaitu capital loss yang bila diterjemahkan adalah kerugian modal. Pengertian capital loss yaitu kerugian yang dialami tatkala aset investasi menyusut nilainya. Jadi investor menjual instrumen investasi misalnya saham di harga lebih murah dibanding harga beli. Hanya saja, kerugian tersebut baru terealisasi jika investor telah menjual aset investasi tersebut. Apabila belum laku atau hanya perkiraan maka belum dapat dikatakan capital loss.
Misalnya investor membeli saham di BEI dengan total mencapai Rp10 juta. Lalu satu tahun berselang, investor itu menjual seluruh saham yang dimiliki gara-gara harganya yang makin anjlok. Ketika itu, investor dapat menjual sahamnya seharga Rp.8 juta. Sehingga, bisa dibilang jika investor itu menderita kerugian modal senilai Rp.2 juta. Pada prinsipnya, relatif setiap jenis instrumen investasi dapat terjadi kerugian semacam itu. Yang paling populer yaitu saham, reksadana, obligasi dan properti. Hanya saja, capital loss paling kerap dialami untuk saham.
Kendati kelihatan buruk, sesungguhnya capital loss merupakan hal yang kerap ditemui investor. Oleh karena itu, investor pemula tak usah berputus asa bila merasakannya. Cara menghitung capital loss sesungguhnya mudah sebagaimana capital gain. Investor cuma harus tahu harga beli dan harga jual dari instrumen investasi yang dimiliki. Formula untuk menghitung capital loss adalah :
Capital loss = harga jual – harga beli
Misalnya : Pak Budi membeli 10 lot saham UNVR seharga Rp15 juta. Sesudah satu tahun berlalu Pak Budi menganggap nilai investasi di saham Unilever itu tak meningkat. Justru, nilai sahamnya makin anjlok. Sehingga Pak Budi pun berketetapan menjual saja saham itu. Dia dapat menjual saham itu pada harga Rp12 juta. Berapa capital loss yang dialami Pak Budi?
Jawab : capital loss = 12 juta – 15 juta = minus Rp3 juta. Sehingga, Pak Budi mendapatkan kerugian modal hingga Rp.3 juta atas investasi saham yang dilakukannya. Capital loss seperti telah disebutkan sebelumnya merupakan kejadian lumrah di ranah investasi. Oleh karena itu, investor tak usah panik apabila suatu ketika menjumpainya. Investor tetap dapat memperoleh profit apabila menjalankan strategi investasi yang pas.
Source Of Ayo Belajar Menghitung Gain Loss Investasi From all source