Indahnya Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Karangsari Cluwak
Oleh : Dita Lestari 1840410090
Desa karangsari adalah desa yang berada di wilayah pati paling ujung kulon yang berbatasan langsung dengan kabupaten Jepara. Desa Karangsari ini memiliki lima dukuh antara lain dukuh Jentir, Godang, Gibing, Sayang, dan Cluwak. Dengan memiliki lima dukuh ini maka desa Karangsari memiliki luas wilayah 856.015 Ha dan memiliki delapan RW dan tiga puluh enam RT. Desa Karangsari ini yang sebalah utara berbatasan langsung dengan tanah perhutani, sebalah sebelah selatan berbatasan dengan Plaosan dan desa Payak, sebelah timur berbatasan dengan desa Sumur, Bleber, dan desa Ngawen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan desa Mojo.
Desa Karangsari ini letaknya memang jauh dari ibukota Kabupaten Pati, tetapi cukup populer dengan sebutannya sebagai Desa Pancasila. Penamaan itu bukan tanpa alasan. Pemerintah menetapkan Desa Karangsari sebagai Desa Pancasila kerena masyarakat di desa itu mampu hidup rukun walaupun dalam keberagaman agama. Masyarakat bisa hidup berdampingan, rukun dan gotong royong selama puluhan tahun tanpa melihat perbedaan keyakinan. Hal ini bisa dilihat dengan adanya bangunan masjid, gereja, dan vihara yang berdiri di satu lingkungan atau boleh dikatakan berdiri berdampingan. Selain itu, di desa Karangsari ini juga ada beberapa keluarga dalam satu rumah menganut keyakinan yang berbeda.
Keadaan itu tentu menarik, sebab bisa dijadikan inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Pengakuan seperti ini pernah diberikan oleh Ketua Tim Kajian Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Julie Trisnadewani saat berkunjung langsung di desa tersebut. Menurut Julie, Desa Karangsari Kecamatan Cluwak bak miniatur Indonesia. Gambaran tentang masyarakat yang sangat sederhana (gemeinschaft) dengan persamaan yang kuat lebih tepat digambarkan sebagai masyarakat pedesaaan. Bila dikaitkan dengan agama, maka lebih tepat umat beragama di pedesaan. Berdasarkan informasi, kehidupan umat Buddha di Desa Karangsari, Cluwak Pati, Jawa Tengah menggambarkan keadaan tersebut. Aktivitas-aktivitas keagamaan tampaknya merupakan wahana efektif untuk memupuk solidaritas umat beragama.
Salah satu aktivitas itu adalah upacara keagamaan. Ritual religius diyakini sebagai saluran interaksi sosial yang efektif untuk menciptakan integritas, kohesi dan solidaritas sosial suatu masyarakat. Bahkan, melalui upacara keagamaan, suatu kelompok keagamaan dapat menjalin interaksi dengan kelompok keagamaan lain (Sujarwanto, 2012: 62). Dalam studinya terhadap masyarakat tradisional, Emile Durkheim, menyimpulkan bahwa. kehidupan beragama membantu orang untuk mengembangkan rasa solidaritas, rasa sepaguyuban (sense of community), rasa berkelompok (group feling) tersebut perlu dibuktikan secara empiris. Desa Karang Sari juga dikenal sebagai Desa Pancasila. Yang menjadi latar Belakang Desa Karang Sari ini mendapat sebutan Desa Pancasila, mengingat di Desa Karangsari telah terjadi kerukunan antar umat Bergama sejak lama. Kerukunan itu tercermin dalam sikap hidup mereka sehari-hari yang rukun dan guyub, saling peduli dan penuh solidaritas.
Kehidupan beragama di desa Karangsari penuh dengan kerukunan dan saling tolong menolong. Disamping mereka beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing, perilaku keagamaan mereka itu tercermin dalam kehidupan sosial mereka yang rukun saling menghormati, tolong menolong dan gotong royong, Mereka saling mengunjungi dan membantu kegiatan keagamaan saudara-saudara yang lain agama. Sikap-sikap hidup yang rukun tersebut merupakan kristalisai nilai-nilai Pancasila. Meski mereka hidup dalam masyarakat yang berbagai agama, namun kehidupan sosial budaya mereka dilakukan secara bersama, berdampingan. Solidaritas diantara umat di Desa Karangsari ini sangat terasakan, sehingga perilaku sosial-budaya mereka yang serasi dan rukun tidak lain dari cerminan kecerdasan mereka dalam beragama. Mereka hidup rukun saling membantu dan saling membutuhkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.
Mereka secara bersama-sama menyelenggarakan kegiatan Slametan, serta saling membantu kegiatan keagamaan yang sedang dilakukan saudaranya yang lain agama misalnya sebagai pengaman dari kegiatan agama umat lain. Makam mereka berada di satu lokasi untuk semua umat beragama. Di desa Karang Sari terdapat kultur budaya yang tetap dipertahankan Petilasan Punden Mobor acara tradisi bersih desa setahun sekali Cikal bakalnya di desa Karangsari tokoh yang dihormati. Petolasan ini diduga tempat pertapaan Sukowijoyo, pendiri kerajaan Mataram Islam dan diterima oleh semua umat beragama. Di Tempat ini puila diadakan sedekat bumi dan doa bersama yang diikuti oleh segenap penduduk desa Karang Sari. Petilasan punden Mobar tidak dipungkiri menjadi symbol identitas bersama yang dianggap sebagai leluhur desa mereka.
Source Of Indahnya Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Karangsari Cluwak From all source