10 Tahun Petaka Michael Schumacher, Insan F1 Merasa Kehilangan Meski Ia Ada

1 min read

10 Tahun Petaka Michael Schumacher, Insan F1 Merasa Kehilangan Meski Ia Ada
Lensapati.com

Dalam dunia balap termasuk Formula 1 (F1), situasi kecelakaan bisa saja dialami peserta balap pada waktu berlaga di area trek atau berada di area luar sirkuit.

Disebut paling belakang, penyebabnya bermacam-macam. Baik melibatkan kendaraan bermotor maupun tidak. Contohnya seperti dialami Michael Schumacher. Driver F1 kondang selama Jerman yang mana mengantongi gelar kejuaraan Juara Planet F1 tujuh kali (1994-1995, 2000-2004). Ia mengalami petaka ketika libur Natal 2013 atau tepat 10 tahun silam dalam Meribel, Prancis. Ketika itu dengan keluarganya sedang bermain ski kemudian ia  tergelincir di tempat salju.

Dalam bahasa medis, keadaannya pada waktu mengalami kecelakaan di kecepatan kurang dari 30 km per jam itu (bandingkan dengan speed jet darat F1 yang digunakan mencapai 372,5 km per jam) disebut sebagai cedera otak hampir fatal dan juga pada bahasa sehari-hari disampaikan sebagai “sebuah tindakan hukum tanpa harapan”.

Potret Mesra Michelle Yeoh lalu Jean Todt (Instagram/@michelleyeoh_official)
Jean Todt juga istrinya Michelle Yeoh (Instagram/@michelleyeoh_official)

Salah satu sahabatnya, Jean Todt yang dimaksud pada waktu Michael Schumacher bertarung di dalam bawah bendera Scuderia Ferrari menjabat sebagai direktur teknik kelompok menyatakan, “Michael tetap saja ada sama-sama kita. Ia berada dalam tangan yang dimaksud tepat, dirawat penuh kasih oleh istrinya Corinna, juga kedua anak mereka. Saya memperoleh kesempatan berharga untuk masih sanggup dekat dengannya selama ini. Akan tetapi, ia tidak Michael yang tersebut dulu.”

Sehari lalu, Kamis (14/12/2023), film dokumenter berbahasa Jerman yang tersebut terdiri dari lima seri, bertajuk Being Michael Schumacher, ditayangkan di dalam Jerman sekadar melalui ARD media.

Dokumenter ini menjadi yang mana terbaru, sebelumnya telah lama dibuat film dokumenter berjudul Schumacher pada 2021 dengan sutradara Hanns-Bruno Kammertöns, Vanessa Nöcker, kemudian Michael Wech, yang tersebut didistribusikan secara internasional via Netflix.

Michael Schumacher ketika masih sehat, bersatu istrinya Corinna, di tempat rumah merekan pada Swiss. [Shutterstock/Oskar Schuler]
Michael Schumacher sama-sama istrinya Corinna di dalam Swiss [Shutterstock/Oskar Schuler]

Dikutip dari GP Fans, pemungkas 2023 atau Desember ini menandai satu dekade Michael Schumacher mengalami kecelakaan pada waktu bermain ski es pada Italia.

Lewis Hamilton, driver F1 dari kelompok Mercedes mengungkapkan penghormatannya terhadap sang senior yang digantikannya di area pentas balap jet darat itu.

Setelah Michael Schumacher gantung helm pada 2012 atau setahun sebelum tragedi, Lewis Hamilton–dengan reputasi saat ini setara Michael Schumacher, juga juara dunia tujuh kali–menggantikan posisinya pada kelompok F1 Mercedes.

Sebelumnya Lewis Hamilton balapan pada pasukan McLaren (2007-2012) juga mulai 2013 berlaga menghadirkan bendera Mercedes. Sedangkan Michael Schumacher berada di tempat pasukan Ferrari (1996-2006) lalu beralih ke Mercedes (2010-2012).

Keduanya tiada pernah berbagi podium bersama, namun seperti disebutkan Lewis Hamilton, Michael Schumacher adalah sebuah inspirasi bagi jutaan penggemarnya.

“Ia meraih kemenangan segalanya, pada waktu Ayrton Senna meninggal dunia (1 Mei 1994), Michael Schumacher menjadi juara dunia, kemudian mendominasi periode panjang dengan kelompok Ferrari. Ia mengungguli segalanya,” ungkap Lewis Hamilton memberikan penghormatan terhadap salah satu seniornya pada F1 itu.

Dikutip dari The Independent, salah satu media kenamaan Britania Raya, driver Lewis Hamilton serta Fernando Alonso–Juara Planet F1 dua kali–memberikan partisipasi merupakan testimoni di film dokumenter Being Michael Schumacher.