lensapati.com
Jakarta – Setelah baliho Joko Widodo atau Jokowi sebagai “Alumnus UGM Paling Memalukan” mengundang perhatian publik. Kini, baliho yang dimaksud berubah dengan menyampaikan Jokowi sebagai “Alumnus UGM Paling Membanggakan.”
Perubahan kata “memalukan” menjadi “membanggakan” disetujui Japet Moryo Doclas Hutabarat, pelajar Fakultas Kehutanan 2019 yang tersebut sekarang telah menjadi alumnus kemudian bergabung di Kagama.
Menurut Japet, label “Alumnus UGM Paling Memalukan” untuk Jokowi tidaklah merepresentasikan peserta didik juga alumnus UGM. Sebab, pernyataan dari Ketua BEM KM UGM, Gielbran M. Noor merupakan opini pribadi yang dimaksud tidak ada melalui kesepakatan secara musyawarah. Pendapat Gielbran yang disebutkan juga tidak ada disetujui oleh sebagian anak-anak dari BEM UGM.
Perubahan label menjadi “Alumnus UGM Paling Membanggkan” memang benar layak diberikan terhadap Jokowi.
“Saya yakin dengan segala prestasi kemudian kerja keras beliau (Jokowi), sematan ini adalah hal yang dimaksud paling dapat divalidasi, khususnya kegiatan kerja bidang infrastruktur yang tersebut dirasakan seluruh rakyat, termasuk di dalam Timur Indonesia,” kata Japet terhadap Tempo.co pada 18 Desember 2023.
Selama menjabat sebagai presiden, Jokowi tidak ada semata-mata mengutamakan pembangunan, tetapi kesejahteraan lalu daya saing bagi setiap sumber daya manusia. Jokowi juga menjalankan acara kerja dalam bentuk menggerakkan UMKM di dalam desa terpencil dan juga melaksanakan materi bakar minyak (BBM) satu harga. Inisiatif kerja yang dimaksud dapat menjadi bukti bahwa Jokowi menjadi “Alumni UGM Paling Membanggakan.”
Selain itu, kinerja Jokowi sebagai presiden juga menjadi bukti lain bahwa layak diberikan label “Alumni UGM Paling Membanggakan.” Misalnya, Jokowi dapat menangani pandemi penyebaran virus Corona dengan cepat juga menyelenggarkan pertandingan olahraga skala internasional dalam Indonesia. Atas kinerjanya tersebut, Japet meyakini bahwa berbagai peserta didik UGM bangga dengan Jokowi sebagai pribadi alumnus yang menjadi Presiden Indonesia.
Lebih lanjut, Japet mengungkapkan bahwa Jokowi juga telah menerapkan nilai-nilai ke-UGM-an. Jokowi menjadi satu-satunya presiden paling merakyat yang dimaksud kerap terjun ke tempat 3T (tertinggal, terdepan, serta terpencil). Ia juga menjadi presiden Indonesia yang mana menyelesaikan permasalahan dalam Papua dengan terjun langsung.
“Atas pernyataan saya, kata ‘membanggakan’ berjauhan tambahan baik daripada ‘memalukan’. Sebab, saya tidaklah menerima indikator apa cuma yang dibawa pemberi sematan ‘memalukan’ untuk Jokowi,” kata Japet.
Berbeda dengan Japet, Rahmadanti, peserta didik Fakultas Filsafat 2020 masih teguh pada label “Alumnus UGM Paling Memalukan” untuk Jokowi. Label “memalukan” tidaklah bisa saja berubah dengan cepat menjadi “membanggakan”. Pasalnya, menuju pemilihan 2024, Jokowi telah melanggar batasan moral, hukum, dan juga konstitusi. Etika yang digunakan menjadi nilai dasar bagi alumnus UGM tak dijalankan.
“Etika adalah landasan hukum, tetapi Jokowi tidaklah dapat dianggap sebagai presiden dan juga alumnus UGM akibat ketidaktahuan terhadap etika urusan politik kemudian kenegaraan. Mengutip pernyataan Ronald Dworkin, ‘Moral principle is the foundation of law’,” kata Rahma pada 18 Desember 2023.
Menurut Rahma, Jokowi tidak ada dapat mendapatkan membedakan urusan politik institusional dan juga kebijakan pemerintah pribadi. Pada dunia politik, pejabat rakyat diharuskan mengabdi tanpa pengecualian untuk Indonesia. Namun, Jokowi memanfaatkan urusan politik untuk golongan tertentu. Jokowi melanggengkan aturan yang mana mencederai integrasi Indonesia untuk kepentingan sepihak. Tindakan Jokowi kerap tidak ada mencerminkan nilai ke-UGM-an sebagai keadilan lalu objektif, seperti melanggengkan sang anak menjadi cawapres.
“Sebagai orang tua, Jokowi mendoakan Gibran untuk menjadi cawapres, harusnya ia harus lebih lanjut netral dengan menerapkan nilai ke-UGM-an sebagai objektif,” ujar Rahma.
Pemanfaatan kekuasaan oleh Jokowi untuk memengaruhi kontestasi pemilihan 2024 juga menjadi contoh pelanggaran tegas terhadap konstitusi. Nilai-nilai etika Jokowi sebagai presiden serta alumnus UGM harus ditegakkan kembali untuk melaksanakan konstitusi dengan transparan sehingga dapat menyebabkan bangga almamater.
“Saat ini, saya tetap memperlihatkan setuju dengan label ‘Alumni UGM Paling Memalukan’ untuk Jokowi, khususnya setiap langkah menuju pemilihan raya 2024,” katanya.