Lomba Hari Habitat Jawa Tengah, Desa Pohijo Wakili Kabupaten Pati
PATI, LENSAPATI.COM
Pemkab Pati berkomitmen serius dalam mengentaskan kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Pati. Salah satunya adalah Desa Pohijo, Kecamatan Margoyoso yang diusulkan untuk penanganan kumuh Kabupaten Pati pada Lomba Hari Habitat Provinsi Jawa Tengah tahun 2022.
Menurut pendataan lingkungan kumuh dari Kotaku pada tahun 2020 terdapat lima RT yang terindikasi sebagai lingkungan terduga kumuh, diantaranya adalah RT 6 RW 1.
“Saya mengucapkan terimakasih dan juga bangga atas kehadiran para dewan juri. Desa Pohijo adalah desa yang indah dan nyaman juga bebas dari emisi karbon. Biar kembali ke zaman dulu. Sampah yang menjadi masalah yang sudah sedari lama, sekarang menjadi fokus utama dari Desa Pohijo untuk menghilangkan julukan dari lingkungan yang kumuh. Kami semua warga Desa Pohijo bertekad untuk perbaikan karena greget dibilang kumuh,” terang Kepala Desa Pohijo, Darwati disela sambutannya.
Gotong royong juga kembali tumbuh, dengan itu maka banyak muncul gerakan yang bermacam-macam dalam menata desa agar menjadi indah dan nyaman. Swadaya dari grup Sedulur Pohijo juga turut serta dalam mensupport dana dalam kegiatan ini. Dalam program ini juga muncul gerakan-gerakan pembersihan lingkungan, perbaikan saluran drainase, juga pembuatan jalan setapak dari swadaya masyarakat, hasil kegotongroyongan warga Desa Pohijo berasal dari ungkapan kumuh yang terlontarkan tadi.
Wakil Ketua Pokja PKP Joko Cipto Hastono, mengatakan, “Bapak Bupati menitip salam dan memberikan arahan tentang segala hal yang sudah dipaparkan dewan juri untuk dilaksanakan dengan tuntas, dan satu lagi Kudu Juara, di tahap pertama dari 22 kabupaten yang turut ikut dalam perlombaan ini. Desa Pohijo lewat 10 gerakan dilakukan dengan tulus dan ikhlas serta semangat,” ujarnya.
Sementara itu dalam paparan Grand Desain, Ali Syaifuddin, menjelaskan, mendengar kata kumuh, memotivasi sesama warga desa untuk semangat menuntaskan keterpurukan dari kata atau pelabelan kumuh. Itu membuat termotivasi lewat kolaborasi Kotaku, untuk memberikan fasilitasi dalam mengentaskan Desa Pohijo dari kekumuhan tadi, dengan niatan yang sesungguhnya adalah ketulusan dan keikhlasan tanpa memandang dilombakan ataupun tidak.
Diharapkan dari perlombaan ini Desa Pohijo menjadi desa yang aman dan juga nyaman, dan dijalankan sebagai kebiasaan atau habit warga desa untuk menjadi sesuatu yang lebih baik lagi kedepannya.
Ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian dari ungkapan kumuh dari desa Pohijo, yakni sampah, Drainase dan jalan lingkungan. Dimana belum adanya kesadaran warga akan sampah dan pemilahan dengan baik dan benar, banyak warga yang membuang sampah dengan sembarangan, sehingga sampah-sampah itu menjadi menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Drainase yang buruk dengan dialiri limbah dari rumah tangga menyebabkan pula bau tidak sedap. Jalan lingkungan yang becek juga menyebabkan tidak bisa menjalankan aktivitas dengan baik dan lancar.
Sebesar apapun dana yang dikucurkan untuk pembangunan infrastruktur, jika tidak adanya kesadaran masayarakat maka hal itu akan sia-sia. Secara berkesinambungan sebagai relawan tidak hanya menginginkan Desa Pohijo menjadi desa yang bersih dan tidak kumuh lagi namun menjadi desa wisata edukasi lingkungan dimana hal itu bersamaan dengan pengurangan emisi karbon. Dimana pada nantinya desa kami dapat menjadi desa yang hijau dan bebas dari emisi karbon.
Terhitung ada 10 gerakan yang diusung oleh Desa Pohijo dalam perlombaan tingkat Provinsi ini, yakni ada gerakan Sego Pero atau Sak Guyuping Warga Ngrumati Rondho Tuo, atau gerakan untuk lebih memperhatikan para janda tua desa Pohijo yang pada saat ini terdapat di dua titik, para janda ini juga dapat menghasilkan jenis minuman yang disebut dengan Pardaja yang terbuat dari daun pandan, rumpang dan jahe. Gerakan kedua ada Keaksaraan Fungsional. Lalu ada Gerakan Vokasi, dimana didalamnya terdapat berbagai olahan minuman dan makanan, berbagai batik dan produk handycraft lainnya yang diproduksi oleh warga setempat.
Gerakan selanjutnya ada Jumat Bersih, Sabtu Olahraga, Minggu menanam buah dan tanaman hias. Gerakan pengolahan hasil tanaman hias. Gerakan Pengolahan hasil tanam dan obat keluarga. Gerakan Gemar Bubur atau menanam buah dan sayur, yang mana dalam setiap RT menanam satu jenis buah berbeda dari berbagai RT lainnya di desa Pohijo. Gerakan Menanam Mangrove yang sudah dilakukan sejak 2012. Bank Sampah dan Komunitas banggi Bersih, bank sampah sadar resik ini sudah ada sejak tahun 2019 lalu. Ada juga Gerakan Biotivasi Lingkungan.
Kesadaran masyarakat telah tumbuh, kepedulian terhadap lingkungan dan perilaku dalam hal penangan sampah yakni Pilah, Angkut dan Olah. Jalan dilungkungan juga sudah baik. Untuk keluar dari status desa kumuh, maka dibutuhkan kerjasama yang baik dengan semua pihak.
“Semua akan dapat terlaksana dengan baik untuk menjadikan desa Pohijo sebagai desa hijau yang menyenangkan dan juga bebas emisi akan terlaksana jika semua pihak yang berkontribusi dapat bekerjasama dengan baik dan solid,” tandasnya.
(*)